BERITA NUSANTARA DARI MAJAPAHIT ABAD-21 MELAWAN DAJJAL ARAB JAHILLYAH 500 TAHUN YANG LALU MEMAKSAKAN KEHENDAKNYA DENGAN MENGATAKAN SESAT ATAU KAFIR HINGGA SAMPAI DETIK INI CONTOHNYA PURA MAJAPAHIT TROWULAN YANG NOTA BENE MEMBERIKAN SEJARAH BERBUDAYA, BERPANCASILAIS, SERTA TEMPAT KAWITAN LELUHUR MAJAPAHIT, PARA DAJJAL ARAB INI JUGA MERONGRONG PANCASILA AGEMAN BANGSA INDONESIA DAN PARA DAJJAL ARAB INI MEMBUAT KAWULA DAN RAKYAT MENJADI BODOH DAN TIDAK TAHU SEJARAH BANGSA SENDIRI TIDAK CINTA DAN BANGGA DENGAN TANAH AIR HINGGA MEREKA DIKUTUK OLEH IBU PERTIWI, TIDAK CINTA DAN BANGGA DENGAN ADAT DAN BUDAYA BANGSA SENDIRI. HINGGA BANGSA LAIN BINGUNG MEMBERI IDENTITAS BANGSA INI. HUKUM R.I DAN HAM DIANGGAP TAHI OLEH DAJJA; ARAB. CANDI ADALAH SIMBOL PERADABAN NUSANTARA SEKARANG INDONESIA BERBHINNEKA TUNGGAL IKA. PERADABAN ITU JUGA ADA DI ARAB ATAU DIBELAHAN BUMI LAINNYA TAPI KENAPA INDONESIA HARUS DIARABISASI ???.

21 April 2009

PURA/KERATON MAJAPAHIT JENGGALA



Erat sekali hubungannya dengan Brahmaraja/Hyang Wisesa/Panglima perang Majapahit begitu juga dengan Candi Gayatri/Boyolangu yang pada sloka Kitab Negara Kerthagama akan di bangun Parahyangan pada masa Prabu Hayam Wuruk tetapi semua sudah di hancurkan oleh bangsa Arab melalui Pedagang Gujarat/Sunan Persia/Santri wali Demak.
Bangunannya terlihat sederhana. Namun, dengan kesederhanaan itu membuat kawula Majapahit dari berbagai daerah betah tinggal di sana untuk menjalankan ibadat. Bahkan, ada yang berasal dari Pulau Bali. Di tempat itu dulu terkenal cukup angker, jalmo moro jalmo mati. Itulah Pura Majapahit Jenggala, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.


Keluarga besar Majapahit di Tulung Agung kini telah memiliki Pura/Stana leluhur. Walaupun bangunannya tidak terlalu mewah. Namun demikian, bukan hanya umat Hindu yang datang, bahkan dari umat-umat yang lain juga ikut datang semisal umat Islam yang memang keturunan dari leluhur Nusantara, Keristen, Katholik, Budha bahkan aliran Kepercayaan/Kejawen datang ke leluhur bukan hanya dari daerah sekitar, tapi dari luar Jawa juga ikut datang karena merasa memang itu kawitannya yakni Majapahit Jenggala yang memang bisa menyatukan semuanya, sekarang masuk Kabupaten Tulung Agung. Di tempat ini dulunya sangat angker dan ada dua arca yang berkekuatan magis. Sehingga tidak ada orang yang berani mendekat. Karena badan tiba-tiba terasa panas dan dingin. Tapi, setelah dibangun Pura, suasana angker itu hilang. Masyarakat jadi tidak takut lagi.
Sebelum dibangun Pura, pohon beringin itu dulunya terkenal cukup angker. Tidak hanya angker saja, tapi masyarakat setempat mangatakan janmo moro janmo mati (siapa yang datang pasti menemui ajalnya). Apalagi untuk sekadar bermain-main. Hal ini berlaku untuk semua misteri pohon beringin itu. Setelah diselidiki, ternyata di dalam pohon itu ada patung Siwa dan Wisnu yang kepalanya sudah putus. Patung tersebut kini berada di dalam Pura Majapahit Jenggala Tulungagung.



Pura Majaphit Jenggala Tulungagung, ini dibangun sekitar tahun 1995 dan diresmikan tahun 1996 oleh Hyang Suryo Wilatikta yang sekarang ber-Abhiseka Sri Wilatikta Brahmaraja XI sebagai keturunan Kerajaan Majapahit Jenggala. Dihadiri keluarga pura di Pulau Bali,” ungkap Hyang Brahmaraja, Raja Majapahit ke-9 Juga sebagai Pandito Ratu/Pandito Pura Majapahit Pusat, Mojokerto.
Bangunan Pura Majapahit Jenggala ini terbagi dalam tiga bagian. Pertama, ruangan bagian nista, yang merupakan halaman pura untuk tempat parkir dan pintu gerbang.
Kedua, ruangan madya, merupakan tempat untuk melakukan kegiatan belajar, berdiskusi tentang agama, mempersiapkan kegiatan upacara hari besar keagamaan.
Ketiga, ruangan utama. Di tempat ini merupakan ruangan yang paling penting. Karena digunakan untuk melakukan sembahyang. Ratusan umat Siwa Buda Majapahit melakukan kegiatan sembahyangan di ruangan itu. Baik itu dari Tulungagung dan sekitarnya maupun umat-umat/keluarga yang berada di Bali karena Bali adalah Majapahit biarpun di Klaim Hindu, sesungguhnya prakteknya Siwa Buda dan tidak sama dengan Hindu manapun di dunia ini itulah adat dan budaya serta keturunan dari Majapahit. (Kasunyatan, di tambah dan di kutip dari tabloid posmo)